Selasa, 27 Maret 2012

The Perfect Wedding Part 2


“Nad, besok kita bisa ketemu kan?”

Dering HP membangunkanku dari lamunan, sebelumnya anganku sempat bermain-main liar membayangkan banyak hal, ku ambil HP ku dan ternyata orang yang menyebalkan itu sms. Karena aku nggak bisa nglawan perasaan aneh ini, aku nganggep dia orang yang sangat menyebalkan. Cowok aneh sok cool yang keliatan cuma kalo lebaran aja. Tapi, aku nggak bisa membencinya.

“Iya bisa, ya. Tapi sepulang aku dari danau ya. Besok sekeluarga mau ada piknik ke danau dan aku harus ikut. Kamu tungguin aku ya?”
“Pulang jam berapa? Yan pulang lusa pagi nad.”
“Sore juga udah pulang kok ya.”
“Yaudah Yan tunggu.”

Besok paginya...
Dering HP lagi-lagi membangunkanku, kali ini, dari tidur ku yang nggak cukup nyenyak semaleman. Bayangannya dateng terus di langit-langit atapku, di kaca lemari, di dapur, di kamar mandi, ada dimana-mana, bahkan waktu aku merem. Mungkin terlalu seneng karena akhirnya setelah beberapa tahun bisa kayak dulu lagi sama dia, walaupun kita masih canggung satu sama lain.

“Nad, nanti sore jangan lupa!”
“Iya, Yan. Aku siap-siap dulu ya, udah ditunggu ayah soalnya.”
“Iya.”

Bagi anak ABG kayak aku, lebaran masih menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu. Entah karena baju barunya, gajiannya, atau karena ada seseorang yang ditunggu...

“Nada, ayo berangkat!”

Suara ayah terdengar, dengan nada tinggi, keras, terdengar setengah marah, seketika menyelinap celah-celah kecil pintu kamarku yang tertutup rapat, begitulah ayah.

“Iya, Ayah!”

Aku bergegas menemui ayah dan semua anggota keluarga yang semua sudah terlihat hadir, menatapku dengan sedikit kesal. Aku selalu menjadi seseorang yang ditunggu, kemana pun kita akan pergi.
Perjalanan terus berlanjut. Detik, menit, jam demi jam, nggak kerasa udah sore dan kami belum juga beranjak pulang.

“Yah, kapan pulang?”
“Nanti dulu, Nad, nunggu adikmu dulu.”
“Ini udah mau maghrib, yah. Perjalanan pulangnya kan pasti lama, nanti kemaleman loh!”
“Iya, kita shalat maghrib dulu disini.”
“Yaudah.” Tungkasku mengakhiri pembicaraan dengan penuh harap.
Tiba-tiba saja HP ku berbunyi, sms dari Arian.
“Nad, katanya mau ketemuan?”
“Ya, tunggu aku yan, seharusnya udah pulang dari tadi tapi gara-gara adikku jadi ketunda pulangnya.”
“Iya, Nad.”

Waktu menunjukan pukul 09:00 malem tapi aku masih di jalan. Nggak ada harapan buat ketemu. Aku sedih banget, terlebih baca sms dari dia.

“Nad, kenapa sih? Kita ketemu cuma bisa setahun sekali. Yan juga belum tentu tahun depan bisa pulang. Yan cuma pengen ketemu sebentar. Ada yang pengen Yan omongin, tapi kamu kayak gitu. Ngomong Nad kalo nggak mau ketemu sama Yan.”

Dan aku nangis di jalan. Ini adalah waktu yang aku tunggu-tunggu selama bertahun-tahun, tapi aku ngehancurin gitu aja.

Besok paginya...
“Nad, ini ada titipan dari Arian”

Datang seorang wanita setengah baya dengan baju sederhana dan sepertinya sedang terburu-buru, memberikan lipatan kerta. Ya, itu saudara Arian. Aku buka perlahan dan ternyata didalamnya ada sebuah kalung berliontin huruf ‘A’, inisial namanya. Didalamnya berisi beberapa baris tulisan yang isinya:

Buat Nada,
Nad, maafin Yan ya nggak pamit dulu pulangnya. Yan harus pulang pagi-pagi, dan pasti Nada belum bangun. Yan cuma mau bilang kalo Yan kecewa banget. Yan pulang cuma pengen ketemu sama Nada. Arian pengen ngobrol sama Nada, kayak dulu waktu kecil kita sering main bareng. Tapi kayaknya nada nggak ada niat buat ketemu sama Yan. Yan pulang dulu, Nad. Baik-baik ya, mudah2n kita ketemu lagi tahun depan. Makasih fotonya.
Bramantya Arian

Aku nangis baca tulisannya. Nada nggak bermaksud gitu, Yan. Maafin aku... Kataku dalam hati. Untuk beberapa alasan, sebulan kemudian kita pacaran.


To be continued...

2 komentar:

Unknown mengatakan...

please support me, like my page FB and follow on networkedblog... :D

Unknown mengatakan...

iya, thx for comented :)

Posting Komentar