-----
Ini adalah bukan waktu yang spesial. Hanya
sepotong sore yang mengingatkanku pada janjimu beberapa hari yang lalu.
Janji untuk meminangku dua tahun lagi. Jika kelak
terwujud, maka ini akan menjadi salah satu kado spesial dariku untukmu. Dan jika
tidak, benar ini hanya akan menjadi sepotong kenangan yang akan dikenang atau
dibuang.
Teruntuk Cinta Pertama-ku,
Berjalan di jalan yang terjal dan berbatu
Berterikkan matahari
Bermandikan peluh
Berteman kepedihan
Kita telah melewatinya dengan tidak mudah.
Sempat beberapa kali aku berkeinginan untuk
berhenti, tapi aku tak melakukannya. Iya, kau selalu menyadarkanku, atau
memaksaku, entahlah. Kau selalu membuatku bertahan.
Meski tak disetiap lelahku kau ada, tak disetiap
butuhku kau menemani, meski seribu kadang kau menghilang entah kemana, aku tak
bisa membencimu. Hanya terus mencintaimu.
Di sadarku, aku selalu berpikir, kau juga pasti
merasakannya.
Maafkan aku, karena seribu alasan selalu
menyalahkanmu. Kau boleh marah, hanya karena kau tak tahu betapa aku sangat
bergantung padamu.
Apa aku boleh jujur, sayang?
Aku sebenarnya tak punya banyak alasan lagi untuk
bertahan. Aku tak tahu, apa yang membuatku tetap berdiri. Semua begitu rumit.
Banyak sekali alasan aku untuk membencimu. Aku tau betul alasan untuk itu. Aku
benar sangat membencimu. Tapi jauh didalam hatiku, aku sangat-sangat
mencintaimu. Sampai-sampai aku menangis di tengah malam karena memikirkanmu.
Aku tak tahu apa lebihmu sehingga aku begitu mencintaimu. Aku betul tak tahu
apa alasan ku mencintaimu.
Aku pasti sangat merepotkan, iya kan, sayang?
Aku selalu memikirkan diriku sendiri tanpa
bertanya apa yang sebenarnya juga kau rasakan.
Dan, sayang, jika saat kau membaca ini adalah hari
pernikahan kita, maka aku memberikan penghargaan yang tak terlukiskan oleh
langit dan bumi. Terimakasih karena telah mencintaiku sejauh ini.
Kisah ini tak akan pernah berhenti kan, sayang?
Kau yang terhebat karena telah meluluhkanku. Maka
sebagai penghargaan, kau boleh memilikiku, selamanya.
Dari,
Sepotong sore di masa lalu.